Trip Dieng (Ind)
Trip Dieng 19-21 July 2019
Trip
kali ini tujuannya untuk mengejar fenomena embun es di Dieng yang setiap tahun
muncul sekitar bulan juni-Agustus. Tetapi nasibku kurang beruntung, seminggu
sebelum pergi, embun es masih ada, tapi berapa hari sebelum berangkat suhu pun
kembali hangat, embun es sudah tidak ada T_T
Trip
Dieng kali ini juga aku masih bareng dengan open trip explore dan guide
aku juga masih Mas Iyan dan Richard (benar-benar kebetulan sekali). Perjalanan
dimulai dari Plaza Semanggi dengan bus sekitar 9.30 malam. Sepanjang malam bus akan
berhenti 3x untuk ke toilet. Dikarenakan macet, sesampai di Wonosobo sudah jam
12 siang dan perjalanan diganti bus kecil untuk naik ke dataran tinggi Dieng.
Ini slogan bus yang aku naiki, seru kaaan X-)
1. Bukit Batu Pandang/Batu Ratapan Angin
Tempat
pemberhentian pertama adalah Bukit Batu Pandang atau Batu Ratapan Angin. Satu
tempat dengan 2 nama. Nama “Batu Ratapan Angin” baru dikenal akhir-akhir ini
karena pada saat angin bertiup akan terdengar suara “wuzz wuzz” seperti ratapan
angin. Tapi pada saat disana angin tidak bertiup, jadi suara wuzz wuzz itu
tidak terdengar. Tempat wisata ini adalah bukit dan jalannya menanjak keatas,
sebagian besar jalur sudah berbentuk tangga.
Dari atas bukit, permandangan yang terlihat adalah telaga warna.
Disini ada beberapa spot foto yang diharuskan membayar Rp5.000,-, tapi tanpa membayar pun, kita bisa mendapat foto yang bagus.
Foto bersama balon udara Rp5.000,- Karena tidak bayar,
akhirnya motoin orang deh, tapi aku ga kenal ibu itu siapa.
Kelebihan open trip, ada teman yang bisa bantuin foto :)
2. Teater Dieng
Dibagian bawah Bukit Batu Pandang ada teater Dieng, letaknya dikawasan yang
sama. Awalnya aku agak malas menonton di teater ini, tapi tenyata cukup menarik
dan informatif. Dokumentasi film pendek tentang budaya dan keadaan Dieng.
Dibagian bawah Bukit Batu Pandang ada teater Dieng, letaknya dikawasan yang
sama. Awalnya aku agak malas menonton di teater ini, tapi tenyata cukup menarik
dan informatif. Dokumentasi film pendek tentang budaya dan keadaan Dieng.
Sekilas
tentang Dataran Tinggi Dieng
Dieng
terletak 2000 m di atas laut dan merupakan kawasan vulkanik aktif. Dieng
berasal dari kata “di” yang berarti tempat dan “Hyang” yang berarti “Dewa”,
Dieng berarti tempat bersemayamnya Dewa.
Dataran
Tinggi Dieng terkenal dengan keindangan permandangannya. Dieng dikelilingi oleh
gunung Prau dan bukit Sikunir, keduanya terkenal dengan Golden Sunrise.
Di
Dieng terdapat beberapa kawah yang masih aktif dan mengeluarkan gas CO2. Salah
satu kawah yang mengeluarkan gas Co2 yang pekat yaitu kawah Sinila. Pada tahun
1979 kawah ini meletus karena gempa dan memakan korban 149 jiwa penduduk.
Kawah-kawah lain seperti kawah sikidang lebih aman dikunjungi, karena Kandungan
CO2 tidak begitu tinggi. Selain itu juga ada kawah Dringo yang terbentuk dari
patahan gunung.
Kawah-kawah
yang bertekanan tinggi ini digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas
bumi (geothermal electricity), tekanan panas yang tinggi menggerakkan turbin
dan digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Budaya
Dieng yang menarik adalah upacara rambut gembel. Hanya anak yang berasal dari
Dieng yang akan tumbuh rambut gimbal dan susah disisir. Biasanya rambut ini
tumbuh pada saat anak itu berumur sekitar 1 tahun. Dan untuk memotong rambut
itu diadakan upacara rambut gembel, setelah upacara itu rambut akan tumbuh
seperti biasa, tidak gimbal lagi. Upacara ini juga dilakukan untuk membuang hal
yang tidak baik.
Dieng
dikenal penghasil kentang terbesar di indonesia, didaerah wisata banyak penjual
kentang dan kentang yang dijual selain berwarna kuning, ada juga kentang ungu
yang bisa digunakan untuk obat. Salah satu buah yang khas dan hanya
ada di Dieng adalah buah Carica. Warnanya kuning dan dalamnya putih, buah ini banyak
digunakan untuk membuat dodol Carica (ini enak lho, tapi sayang uda keburu di
perut, lupa foto ;P) atau agar-agar Carica khas Dieng.
3.
Kawah Sikidang
Dari
teater Dieng, kita lanjut ke kawah sikidang, kawah ini sangat ramai dan cukup
aman dikunjungi. Gas dari kawah ini tidak begitu kuat dan sebagian besar tempat
bisa dikunjungi, kecuali pusat kawah yang mengeluarkan gas belerang ada pagar.
Gas belerang keluar dari kawah Sikidang (baunya seperti telor rebus).
Dari permukaan tanah keluar gas belerang yang panas.
Ketika melihat tulisan "telur rebus kawah", aku agak bingung, maksudnya jual telur yang direbus dengan panasnya kawah (tapi ga ada yang jual telur) atau
boleh merebus telur disana?
Dibawah papan itu terdapat banyak tulisan nama pengunjung iseng yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa menjaga tempat wisata negrinya sendiri.
Di kawah sikidang ada beberap spot untuk foto, salah satunya seperti diatas, dengan membayar Rp15.000,- bisa berfoto sepuasnya tapi hanya ditempat yang sama.
Selain berfoto dan melihat panorama, ada juga beberapa kegiatan seperti flying fox. Selain untuk bersenang-senang, fying fox bisa digunakan juga untuk mempersingkat perjalanan, ga usa jalan jauh, cukup meluncur aja.
Kalau bosen boleh juga sewa motor trail.
Kentang Dieng.
Disepanjang
jalan menuju ke kawah ada banyak orang yang berjualan, dari kentang, madu,
bunga edelweis, kue sagon, pisau, madu, agar-agar Carica, bubuk belerang, gorengan, popmie, kopi dan lain-lain.
Terong belanda (warna merah), paprika hijau dan kentang.
Kentang ungu khas Dieng, bisa digunakan sebagai obat diabetes.
Bunga eldeweis, dikenal sebagai bunga abadi, walaupun sudah mengering,
tetap akan mekar dan abadi.
Madu langsung dari sarang lebah.
Pisau dan gelang pun dijual disana.
Bubuk belerang dari kawah juga dijual, konon bisa mengobati penyakit kulit, gatal-gatal, kadas, kurap, panu, jerawat, bekas luka, alergi.
Kue
sagon hanya ada di Dieng, kue ini dibakar dengan arang,
dari kelapa dan gula, enak, ringan rasanya hanya Rp5000,-.
Setauku hanya ibu ini yang jualan kue sagon.
Ada juga kue sagon dengan berbagai topping rasa, jadinya seperti donut, sangat kreatif. Satunya Rp 10.000,-
Di pintu masuk/keluar juga ada live music daerah.
Pada
saat menunggu anggota trip lain di sekitar mobil, ada seorang ibu yang mengamen dengan membawa speaker besar,
berjalan kesana kemari. Dia akan menghampiri setiap bus dan bernyanyi. Private live music :)
Semua lengkap di kawah Sikidang, dari makanan, minuman, panorama, wahana permainan, belanja, bahkan music, apa lagi yang kurang ;)
4.Kompleks
Candi Arjuna
Peberhentian terakhir hari ini adalah Kompleks Candi Arjuna, satu tempat dengan 5 Candi : Arjuna,
Bima, Srikandi, Gatot Kaca dan Semar. Candi
ini dibangun pada abad 8 untuk memuliakan Dewa Siwa pada masa pemerintahan Raja
Sanjaya. Bangunan candi ini terbuat dari batu andesit dari gunung di Papua. Di
dalam candi dapat ditemukan Yoni untuk meletakkan persembahan. Sampai
sekarang Candi-candi ini masih aktif digunakan untuk umat beragama Hindu untuk bersembahyang.
Permandangan dari sisi belakang Candi.
Ukiran dibawah kaki candi.
Ukiran diatas pintu masuk salah satu candi.
Tampak dari dalam ke luar melalui jendela candi.
Diketiga
sisi dinding ini terdapat pada Candi Srikanda, ketiganya mewaliki Trimurti : Dewa Siwa, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu. Sayangnya ukiran ketiga dewa itu sudah tidak begitu jelas.
5. Bukit
Sikunir
Ini
spot wisata yang aku kejar-kejar, Golden Sunrise Bukit Sikunir. Kita mulai
berangkat jam 3 pagi dari penginapan. Sebenarnya perjalanan tidak terlalu jauh
ke bawah kaki bukit Sikunir, tapi banyaknya bus pariwisata membuat macet dan
harus menunggu antrian bus lain masuk ke area pariwisata. Track ke puncak tidak
terlalu berat dan semua tangga berbatu, tapi ramai sekali, hanya bisa jalan
pelan, dari bawah ke atas hanya sekitar 30 menit dan disepanjang jalan ada
beberapa WC dengan tarif 2000 (untuk
yang beser, amanlah pokoknya, hahaha)
Puncak
bukit sikunir sudah padat dengan turis lokal dan setelah sampai diatas, aku
segera mencari posisi strategis. Angin pun mulai bertiup, kedinginan dan berharap-harap
cemas sambil menunggu matahari terbit, semoga tidak berkabut. Setelah menunggu sekitar 30 menit, matahari pun mulai muncul
dan semakin lama sinar keemasan pun mulai memenuhi bukit Sikunir.
Disebelah kanan terlihat siluet gunung Sindoro Sumbing.
Yang dikanan bawah itu bukan gunung melainkan kepala orang.
Jreeng...!! Golden Sunrise Sikunir.
Setelah jam 6, semua pengunjung mulai turun. Perjalanan
turun ke bawah merupakan tantangan tersendiri, semua orang turun disaat yang
sama, padat merayap, jarak antara depan kiri kanan sudah tidak ada, jalan hanya
bisa selangkah demi selangkah seperti pengantin menuju pelaminan -_-“
Pada
saat naik ke bukit, langit masih gelap di sepanjang jalan hanya sedikit yang
berjualan. Pada saat turun, langit sudah terang dan banyak orang berjualan makanan, bahkan bisa berfoto dengan elang.
Di kawah Sikidang, kentang yang dijual masih mentah, di bukit Sikunir, makanan yang dijual semua sudah diolah.
Berfoto dengan elang yang cantik.
6. Telaga
warna
Ini
spot terakhir sebelum kembali ke Jakarta. Permandangan yang kemarin terlihat
dari atas bukit batu pandang adalah Telaga ini.
Warna kehijauan dari telaga ini datang dari belerang. Ada beberapa
cerita legenda mengenai warna telaga ini salah satunya cerita cincin prabu yang
jatuh ke danau dan pantulan cincin itu membuat danau menjadi hijau. Selain itu
juga ada cerita selendang bidadari yang jatuh ke danau dan air danau pun menjadi
hijau.
Dari tengah danau bisa terlihat gas belerang yang keluar dari dalam danau.
Jembatan menuju tepi danau.
Di
tempat ini juga bisa ditemukan beberapa gua : gua sumur, gua jaran, gua semar
dan gua pengantin. Di dalam gua sumur ada mata air yang suci. Sedangkan di gua pengantin
dan gua semar digunakan untuk bertapa. Gua Jaran bentuknya vertical dan konon
ada cerita mengenai seekor kuda yang masuk ke dalam dan keluar dalam keadaan
hamil, dari cerita ini ada kepercayaan bagi siapa yang ingin hamil boleh masuk
ke dalam.
Sayangnya
karena keterbatasan waktu, aku tidak sempat ke gua-gua ini walaupun masih satu area
wisata. Setelah
mengunjungi telaga warna kita pun kembali ke Jakarta dan berpisah dengan guide
lokal Pak Imu (Mustafa) yang telah banyak berbagi cerita tentang Dieng ke aku, dan
trip Dieng 3 hari 2 malam ini pun selesai.
Comments
Post a Comment